Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Kontribusi Semangat Voluntaristik Dari Masjid

Oleh: DR Tantan Hermansah
Kamis, 09 Mei 2024 | 13:29 WIB
Share:
Sedekah darah di Masjid Masy’a Kota Bogor. (Foto: IST/RMN)
Sedekah darah di Masjid Masy’a Kota Bogor. (Foto: IST/RMN)

RAJAMEDIA.CO - Jakarta - VOLUNTARISME masjid dan pemberdayaan masyarakat telah menjadi pijakan utama dalam memperkuat kapasitas jamaah dan masyarakat sekitar.

Secara rutin, banyak masjid telah mengintegrasikan kegiatan berbasis voluntarisme ke dalam aktivitas mereka, menunjukkan keseriusan dan komitmen untuk berkontribusi pada kesejahteraan bersama.

Misalnya, di Masjid Masy’a Kota Bogor, setiap tiga bulan, masjid telah menjadi pusat kegiatan sedekah darah (Bahasa lain dari Donor Darah), untuk membantu pemerintah dalam menyediakan darah bagi yang membutuhkan.

Kolaborasi dengan institusi seperti Palang Merah Indonesia telah memupuk semangat voluntarisme di kalangan jamaah dan masyarakat sekitar. Namun, potensi ini dapat diperluas jika setiap masjid di Indonesia mampu menjadi pusat pengumpulan dan distribusi sumber daya untuk mendukung berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Kegiatan-kegiatan berbasis voluntaristic itu antara lain: Pertama, peningkatan kapasitas jamaah harus menjadi fokus utama dalam upaya mengoptimalkan peran masjid sebagai lembaga pendidikan. Pengajian rutin dan pelatihan-pelatihan dapat menjadi wadah bagi jamaah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tambahan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat modern. Dengan demikian, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pembelajaran yang mendorong pengembangan pribadi dan sosial.

Kedua, Penghimpunan sumber daya masyarakat melalui zakat, infaq, dan sedekah menjadi instrumen penting dalam menjaga keberlanjutan kegiatan voluntaristik masjid. Dengan meningkatkan manajemen penghimpunan, pengelolaan, dan pendistribusian, masjid dapat memaksimalkan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Transparansi dalam penggunaan dana serta akuntabilitas yang tinggi akan memperkuat kepercayaan masyarakat pada peran masjid sebagai agen perubahan yang positif.

Ketiga, peran voluntaristik masjid dalam tanggap darurat terhadap peristiwa-peristiwa seperti bencana alam menjadi semakin penting dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Dengan menyediakan bantuan dan dukungan yang cepat dan efektif, masjid dapat menjadi pusat koordinasi untuk upaya kemanusiaan yang luas. Kolaborasi dengan lembaga-lembaga kemanusiaan dan pemerintah dapat memperkuat respons terhadap situasi darurat dan meminimalkan dampak negatifnya.

Keempat, secara umum dengan menjadikan masjid sebagai sentral gerakan keumatan, kita dapat menciptakan ekosistem yang kokoh dalam mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan kepedulian lingkungan. Melalui kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga keagamaan, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, berdaya, dan berkeadilan.

Optimalisasi masjid pada kegiatan voluntaristik bukan hanya tentang meningkatkan kualitas ibadah, tetapi juga tentang membentuk masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang. Dalam era di mana tantangan global semakin kompleks, peran masjid sebagai pusat kegiatan kemasyarakatan akan menjadi semakin vital dalam memperkuat solidaritas dan kedamaian umat manusia.

Strategi, proses, dan pengelolaan kegiatan voluntaristik

Berikut beberapa hal yang bisa diambil sebagai pelajaran, agar beragam kegiatan voluntaristik tersebut bisa melembaga di masjid.

Pertama, Pengembangan Program Pendidikan Berkelanjutan. Program ini dilakukan dengan menerapkan kegiatan pendidikan berkelanjutan yang terstruktur dan sistematis bagi jamaah masjid, berdasarkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan tenaga pengajar yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang pendidikan agama dan kegiatan sosial.

Kedua, Pengelolaan Dana dengan Transparansi. Hal ini dilakukan dengan  menetapkan sistem pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah yang transparan dan akuntabel. Agar bisa dicapai dengan tidak terlalu sulit, tidak ada salahnya jika penggunaan teknologi informasi, seperti aplikasi keuangan atau metode lainnya, sehingga masyarakat dapat memantau dan memverifikasi penggunaan dana secara langsung, digunakan. Hal ini dimaksudkan agar meningkatkan kepercayaan dan partisipasi dalam penghimpunan dana.

Ketiga, Penguatan Jaringan Kolaborasi. Progam-program masjid dapat diperluas dengan membangun jaringan kolaborasi yang kuat dengan lembaga-lembaga kemanusiaan, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil untuk meningkatkan respons terhadap bencana alam dan keadaan darurat lainnya. Sehingga melalui kerjasama lintas-sektor, masjid dapat lebih efektif dalam memberikan bantuan dan dukungan kepada korban bencana.

Keempat, Pelatihan Manajemen Bencana. Dengan melakukan pelatihan dan simulasi manajemen bencana secara berkala bagi jamaah masjid dan relawan, lembaga masjid dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap darurat dalam situasi krisis. Pengalaman empiris dari penanganan bencana sebelumnya dapat menjadi landasan untuk peningkatan kapasitas dan efisiensi dalam merespons keadaan darurat di masa depan.

Kelima, Penggunaan Teknologi untuk Pemberdayaan. Selain untuk transparansi, memanfaatkan teknologi informasi, seperti media sosial dan platform daring, untuk memperluas jangkauan dan partisipasi dalam kegiatan voluntaristik masjid, bisa dilakukan dalam menunjang program pemberdayaan. Melalui kampanye digital dan aplikasi khusus, masjid dapat menggalang dukungan dan partisipasi dari jamaah secara lebih luas dan efisien.

Keenam, Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan. Agar efektif, proses monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan terhadap program-program voluntaristik masjid, baik dari segi kualitas maupun dampaknya terhadap masyarakat, wajib dilakukan. Sebab dengan data dan feedback dari pengalaman empiris yang akura, akan menjadi dasar untuk penyempurnaan dan peningkatan efektivitas kegiatan voluntaristik di masa depan.

Ketujuh, Pembentukan Tim Khusus Pengelola Program. Di mana tim ini khusus bertanggung jawab atas pengelolaan dan pelaksanaan program-program voluntaristik masjid. Tim ini harus terdiri dari individu yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam bidang manajemen acara, komunikasi, keuangan, serta relawan dan bantuan kemanusiaan. Dengan adanya tim yang terkoordinasi dengan baik, proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program dapat berjalan lebih efisien dan efektif.

Kedelapan, Penguatan Keterlibatan Masyarakat Sekitar. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan upaya aktif untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat sekitar masjid dalam kegiatan voluntaristik. Ini dapat dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan, dan pembentukan komunitas sukarelawan yang aktif dalam mendukung program-program masjid. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, masjid dapat lebih sensitif terhadap kebutuhan lokal dan meningkatkan dampak positifnya dalam komunitas.

Dengan menerapkan kedelapan strategi ini secara komprehensif dan berkesinambungan, masjid dapat menjadi pusat kegiatan voluntaristik yang berdaya dan memberikan kontribusi positif yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan umat secara keseluruhan.

Penulis: Pengurus DKM Masjid Masy’a Kota Bogor; Dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Jakarta*rajamedia

Komentar: