Politik

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Calon Dewan

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Otomotif

Indeks

Muktamar Muhammadiyah Ke-48 Bahas Empat Isu Strategis Kemanusiaan, Ini Poin-poinnya

Laporan: Rizki Ahmad Suhaedi
Jumat, 18 November 2022 | 07:23 WIB
Share:
Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta/Dok
Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta/Dok

Raja Media (RM) - Surakarta - Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta mengangkat tema ‘Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta’.

Pada Muktamar kali ini, Muhammadiyah tidak hanya fokus pada permasalahan dan pencarian pada isu-isu lokal kebangsaan, Muhammadiyah juga turut sumbang solusi terhadap ragam isu kemanusiaan universal.

Dilansir dari laman Muhammadiyah.or.id, ada empat isu strategis yang akan dibahas.

1. Membangun Tata Dunia yang Damai Berkeadilan

Sejumlah kawasan di dunia saat ini masih berlangsung konflik kekerasan yang memiliki dampak merusak bagi keamanan dan kesejahteraan warga sipil, seperti di Syiria, Yaman, Myanmar, dan Ukraina. Konflik yang terjadi melibatkan berbagai faktor yang kompleks, mulai politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama, sehingga upaya penyelesaian tidak bisa ditempuh dengan satu cara dan di tangan satu pihak.

Upaya penyelesaian konflik militer di berbagai kawasan memerlukan keterlibatan banyak pihak untuk mengurai persoalan yang rumit, termasuk keterlibatan kelompok-kelompok keagamaan.

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam dengan sejarah yang cukup panjang, sumber daya yang lengkap dan cakap, serta jaringan internasional yang luas akan ikut serta secara aktif membantu usaha pemerintah untuk memainkan peran juru damai global melalui politik bebas-aktif, dengan ikut menyediakan sumber daya dan jaringan yang dimiliki.

2. Regulasi Dampak Perubahan Iklim

Perubahan iklim dengan segala dampaknya yang masif merupakan kenyataan yang tidak terhindarkan baik di tingkat global maupun nasional dan lokal.

Ancaman lingkungan dari gerak antropogenik manusia juga dapat menyebabkan berbagai macam kasus penyebaran penyakit zoonosis yang disebabkan rusaknya habitat asli di mana virus bersarang, misalkan, akibat deforestasi. 

Negara-negara dan seluruh kekuatan bangsa-bangsa penting mengembangkan paradigma “membangun tanpa merusak” demi penyelamatan bumi dan planet satu-satunya tempat manusia dan makhluk ciptaan Tuhan hidup.

3. Mengatasi Kesenjangan Antar-Negara

Perlombaan kekuatan ekonomi, teknologi, politik, dan militer antarnegara maju mengorbankan idealisasi tata dunia yang berkeadilan.

Sudah sangat mendesak mewujudkan kerja bersama antarnegara sebagai masyarakat dan sebagai komunitas internasional untuk menyelamatkan kehidupan penduduk di negara-negara miskin, meringankan penderitaan dan mengurangi konsekuensi ekonomi politik dan dampak sosial akibat pandemi Covid-19.

Selain itu, perubahan geopolitik internasional mendorong perlu komitmen prima untuk memastikan keadilan energi, tata ekonomi dunia yang adil, dan mengurangi beragam konflik akibat kutukan keberlimpahan sumber daya (paradox of plenty) di negara-negara selatan (global south).

4. Menguatnya Xenofobia

Xenofobia adalah sikap dan perilaku yang “anti” terhadap asing atau sesuatu yang asing, bukan hanya dalam pengertian orang asing, melainkan juga termasuk kepada sikap ‘anti’ dan penolakan terhadap hal-hal yang dianggap asing, seperti keyakinan, budaya, identitas, tradisi dll.

Perlu kerja sama lintas organisasi masyarakat sipil global (global civil society network) untuk terlibat aktif dalam upaya menanggulangi dampak dan mencegah meluasnya sikap-sikap xenofobia dalam arti luas, bukan hanya sikap anti dan diskriminatif terhadap orang asing, melainkan juga sikap antipati dan diskriminatif terhadap kelompok dan identitas yang dianggap berbeda dan asing.rajamedia

Komentar: